Anak adalah anugerah yang diberikan Allah SWT, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk selalu menjadi teman terbaik untuk anak kita. Pada usia dini, anak sangat membutuhkan peran orang tua serta guru sebagai pendidik sejati. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Usia dini bisa disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Menurut National Assosiation Education for Young Children (NAEYC) (Dalam Peduli Paud, 2010), Anak Usia Dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0–8 tahun. Anak usia dini adalah a unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Usia dini bisa disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Menurut National Assosiation Education for Young Children (NAEYC) (Dalam Peduli Paud, 2010), Anak Usia Dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0–8 tahun. Anak usia dini adalah a unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Usia dini merupakan ladang penanaman pengalaman awal yang sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif. Pada usia dini itu pula perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0–8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya.
Usia dini yang dilewati anak hendaknya tidak disia-siakan begitu saja. Oleh sebab itu, pendidikan sejak dini dirasa sangat penting untuk bekal anak dimasa yang akan datang. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan bagi anak usia dini juga merupakan ”Pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak” (Depag RI, 2003: 1). Oleh karena itu, Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak, dan kecerdasan spiritual.
1. Bermain
2. Bercerita
3. Bernyanyi
4. Bercakap ( dialog dengan tanya jawab )
5. Karya wisata
6. Praktik langsung
7. Bermain peran ( sosio-drama )
8. Penugasan
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar anak mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini anak belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar